Mungkin banyak dari publik yang belum mengenal kepulauan Seribu lebih dekat. Sebab memang letaknya jauh di tengah lautan, tepatnya di sebrang lautan utara Jakarta . Tidak mudah untuk pergi ke sana , karena dibutuhkan waktu, tenaga, dan cost yang lebih dari cukup. Maka tidak heran, kepulauan Seribu belum banyak dikenal sebagai daerah wisata bagi wisatawan lokal (kecuali sekitarnya, seperti warga Jakarta , Banten, Bekasi, dan Tangerang).
Namun ketika orang sudah mengenal daerah ini lebih dekat, tentu akan berniat untuk ingin mengunjungi lagi. Hal itu beralasan sekali, karena kepulauan Seribu ternyata memang banyak mengandung pengetahuan sejarah di masa lampau. Itulah sebabnya di kepulauan Seribu banyak ditemukan situs dan peninggalan purbakala yang hingga saat ini banyak di antara peninggalan itu masuk dalam daftar Benda Cagar Budaya (BCB).
Banyaknya peninggalan bersejarah inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Museum Bahari untuk memperkenalkan kekayaan peninggalan masa lampau (masa penjajahan) di kepulauan Seribu kepada publik sebagai tempat untuk wisata dan penelitian. Tahun ini, Museum Bahari melakukan wisata Bahari ke kepulauan Seribu untuk yang kedua kalinya, setelah tahun lalu juga melakukan hal serupa. Kepulauan Seribu yang dikunjungi antara lain Pulau Edam, Pulau Onrust, dan Pulau Bidadari.
Peserta yang diajak berwisata Bahari tidak tanggung-tanggung, sekitar 100 orang setiap pemberangkatan. Mereka dari para pelajar SMU se-DKI Jakarta (yang diambil secara acak, bergantian setiap tahun), para relasi museum, guru, jurnalis, dan umum. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati ulang tahun Museum Bahari sekaligus hari jadi kota Jakarta . Pelaksanaan wisata Bahari berlangsung 24 dan 30 Juli 2005 yang lalu.
Peninggalan sejarah apa saja yang terdapat di kepulauan Seribu, khususnya pulau-pulau yang disinggahi? Pertama, ketika para peserta wisata bahari merapat di Pulau Edam akan dibawa ke situs bangunan peninggalan Belanda yang dibangun sebelum PD II. Namun kondisinya saat ini sungguh sangat memprihatinkan, karena hanya tinggal puing-puing bangunan. Posisinya di tengah hutan, sehingga untuk sampai ke tempat itu, rombongan harus melewati hutan belantara yang masih dipenuhi binatang buas seperti kalajengking, lebah hutan, ular, biawak, dll.
Masih di Pulau Edam , situs peninggalan lain berupa makam, yang menurut pemandu diyakini salah satunya sebagai makam bangsawan dari kerajaan Banten. Ada lima nisan di makam ini, posisinya tidak beraturan. Dua di antaranya diberi cungkup, lainnya tidak. Situasi ini memang menjadi salah satu taktik penjajah di zaman itu. Tidak jauh dari area makam, tepatnya ke arah pantai, rombongan dibawa ke situs peninggalan berupa mercusuar.Tinggi mercusuar 52 meter dan diberi nama Damar Besar. Menara bercat putih ini dibangun tahun 1879 Masehi oleh Raja Willem III dari Kerajaan Belanda. Ternyata mercusuar ini masih tampak dari jarak 20 mil laut.
Lalu rombongan diajak ke Pulau Onrust yang memakan waktu sekitar 1 jam dari Pulau Edam. Situs peninggalan sejarah yang terdapat di pulau ini lebih lengkap seperti bekas bangunan karantina haji, bekas ruang bawah tanah, tempat penyimpanan senjata, makam-makam Belanda, bangunan penjara, bekas bangunan kincir angin, tanggul penahan ombak, dan terdapat pra museum Pulau Onrust. Cukup banyak koleksi yang dipamerkan di pra museum Pulau Onrust seperti, seperti koleksi maket, serpihan keramik Cina, koleksi martil, paku, bongkahan batubata, tegel, pondasi, dan lain-lain.
Usai berkeliling dan istirahat sejenak untuk menikmati makan siang, rombongan melanjutkan perjalanan mengunjungi Pulau Bidadari (juga disebut Pulau Sakit). Disebut Bidadari, sebab pulau ini begitu mempesona dan memang dikembangkan untuk pariwisata. Tidak heran tempat ini dilengkapi dengan fasilitas pariwisata, seperti kafe, penginapan (ada banyak tempat yang terpisah-pisah dan namanya bermacam-macam, seperti lanai cendro, duri-duri, dan lain-lain), restoran, gazebo, tempat pertemuan, arena bermain, taman bunga, dan sebagainya. Di pulau ini juga ditemukan situs peninggalan, berupa Benteng yang diberi nama Menara Martello (benteng pertahanan Belanda untuk mengawasi dan menghadang musuh). Sayangnya, benteng tersebut sekarang sudah tidak utuh lagi. Benteng ini terbuat dari bata merah, bentuknya bulat dengan diameter mencapai 23 meter serta ketebalan dinding 2,5 meter. Pada dinding-dindingnya terdapat jendela besar dan kecil.
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul empat lebih seperempat dan rombongan mulai meninggalkan Pulau Bidadari menuju ke Pantai Marina Ancol Jakarta, sekaligus menorehkan sejuta kenangan di benak masing-masing peserta wisata bahari.